HPI NAGEKEO GOES TO KAWA VILLAGE AND NGABATATA WATERFALL




Jumat 13 September 2019 merupakan cerita kami Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI)  Nagekeo yang melakukan Trekking dari Desa Labolewa menuju kampung kawah yang dipimpin oleh Ketua HPI Nagekeo Yohanes Niku  saya boleh mengatakan bahwa beliau adalah tour leader yang sudah sangat handal kelas atas, namun dalam trekking kali ini masih ada yang lebih handal bahkan lebih handal dari beliau haha yahh tentunya Uncle Anton atau biasa disapa dengan nama bekennya Stickman juga diikut sertakan dalam trekking kali ini. Trekking kali ini saya sebut bertamasya karena bertamasya tentu menyengkan. Adapun dari dinas Pariwisata Pak Primus saya lupa nama lengkap beliau, tetapi beliau cukup konsen dengan dunia pariwisata.
Foto pelepasan trekking di kantor Desa Labolewa 
Agenda sebelumnya bahwa perjalanan akan dimulai pada pukul 10.00 namun karena masih menunggu peserta yang masih dalam perjalanan termasuk saya yang waktu itu terlambat menuju assembly starting  point. Sempat saya ditelfon berulang kali oleh salah satu teman trekking sehingga saya meminta teman saya untuk melaju lebih kencang kendaraannya. Dalam rute  perjalanan Trekking semua peserta  berkumpul di Kantor Desa Labolewa yang awalnya saya bilang desa Laboleba dan akhirnya  sempat diejek oleh salah satu peserta trekking, Ohh tidak nona kalau laboleba masih jauh di Flores Timur sana eipss Hehe boleh lah lidah saya keseleo.  Ketika saya sampai,ternyata  semua peserta, beserta tour guide dan pengururs Desa  telah berkumpul tepat di halaman kantor Desa Labolewa. Sebelum berangkat taklupa kami mengabadikan moment keberangkatan dengan foto bersama Kepala Desa yang kebetulan sangat mendukung kegiatan ini. 

anda dapat menyimak  perjalanan trekking kami melalui video dibawah ini
 

Tepat pukul 11.30 Rombongan peserta trekking yang terdiri dari 15 peserta mulai melakukan trekking dari halaman kantor Desa dengan berjalan kaki menuju kampung kawah.  dalam perjalanan kami dituntun oleh kedua guide professional om Jon dan om Anton. Terik panas matahari tidak menghalangi passion bertrekking kami,  ketua HPI yang bernama lengkap Yohanes Niku dengan penuh semangat dan tingkah kocakanya Selama memandu perjalanan.  Saya senang bisa berada diantar keduanya sehingga sepanjang perjalanan saya selalu berdampingan dengan om Jon dan om Anton. Keduanya   bukan karena  memiliki wajah yang tamfan, melainkan memiliki segudang pengetahuan mengenai alam sekitar apa yang tidak kami ketahui pasti akan diberitahu oleh om Jon atau om Anton ditambah tingkah kocak om Jon yang tiada hentinya mengundang tawa para peserta trekking. Berada didekatnya seakan trekking ini janganlah cepat berlalu. Hehe…  . Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan bunga pohon gamal, lalu ada  tumbuhan-tumbahn lainnya yang tidak bakalan kamu temukan dimanapun. Sampai ditempat perhentian pertama kami diajak oleh Bapak kepala Desa yang tidak sempat saya tanyai namanya untuk melihat batu persis dipinggir jalan menuju kampung kawah. Batu ini masyarakat setempat menyebutnya ‘’Watu Genga’’ atau batu yang berbunyi. Kata bapak kepala Desa bahwa batu ini bisa menghasilkan bunyi seperti memukul Gong. Karena penasaran para peserta mulai mengambil batu kecil yang berada disekitar Watu Gong untuk memukul batu tersebut. Alhasil batu yang kami pukul menghasilkan bunyi yang bervariasi hampir sama persis dengan bunyi gong gendang pada saat menari. nampaknya para peserta rombongan menikmati bunyi batu ada yang sebagian sambil menari ria. Ditempat ini peserta menghabiskan waktu kurang lebih 25 menit. 

 
pohon gamal
Penasaran dengan Batu Genga bisa simak video dibawah ini


Setelah puas memukul batu yang berbunyi tersebut, rombongan melanjutkan perjalanan menuju kampung kawa, di tempat Watu Gong ini pula kami harus berpisah dengan Bapak kepala Desa dan kawan-kawanya untuk kembali ke kantor Desa.

Perjalanan menuju kampung kawah masih sekitar 4 kilo meter dari watu gong, rombongan masih melewati rintangan jalan tanjakan dan berkelok-kelok ditambah sengatan matahari yang seakan membakar kulit. sempat rombongan beristirahat yang kedua kalinya untuk makan siang yang sudah sengaja kami siapkan dari rumah. Sontak rombongan dikagetkan dengan salah satu peserta trekking, Enjos namanya  yang menyusul perjalnan kami kurang lebih tiga kilo meter dari kantor desa labolewa. Semua rombongan menyambutnya dengan bertepuk ria kedatanganya.



 Kemudian rombongan melanjutkan kembali perjalanan, ditengah perjalanan kurang lebih mendakati lima kilo meter rombongan digodai lagi dengan pemandangan bukit susu dan safana luas yang membentang dari timur labolewa hingga desa rendu ola. Semua peserta rombonga tak ingin melewatkan moment ini dengan menancapkan camera handphonenya masing-masing. lalu rombongan melanjutkan kembali perjalanan menuju kampung kawah. Tak ada momen yang dilewatkan begitu saja. 
 
Lokasi 5 km dari kantor Desa Labolewa

Tengah om Jon (Ketua HPI) lalu kedua samping kiri kanan anggota HPI Nagekeo


 
Tengah om Anton tour guide senior
Nuansa kampung kawa mulai terasa dekat  ditandai dengan tumbuhan tanaman yang sengaja dipagar keliling oleh pemiliki kebun.  Tepat pukul 17.15 rombongan tiba di kampung kawa. di kampung kawah ini rombongan disuguhi lagi pemandangan bukit Amegelu yang tepat berada didepan kampung  kawa. tak lama kemudian rombongan langsung disambut oleh penduduk kampung kawa yang didahului dengan ritual adat penerimaan tamu yang baru pertama kali masuk ke kampung kawa. setelah ritual selesai rombongan diantar kesalah satu rumah penduduk dan dirumah tersebut juga rombongan diterima oleh tuan rumah dengan ritual adat masuk rumah bagi tamu yang baru pertama kali datang. 
ritual adat penerimaan tamu

 


Beberapa diantara peserta ada yang masih duduk bercerita sambil menikmati hidangan kopi dan teh hangat yang  disediakan oleh tuan rumah. Kopi dan teh cukup menjadi ramuan penangkal hawa dingin di kampung tersebut. Hari sudah mulai gelap, sebagian rombongan wanita berada didapur menyiapkan makan malam. Saya memilih untuk terpuji diantara lelaki sambil membuka topik cerita kecil malam itu. Suasana heritage benar-benar saya rasakan di kampung kawah ini. Tak ada ketersediaan pasokan listrik yang ada hanyalah tenaga surya yang dinyalakan mulai dari jam 6 sore hingga jam 10 malam. Tak ada  suasana keramian Hanya ada suara Anjing dan Babi yang masih berkeliaran dikolong rumah. Sesekali anjing sang pemilik rumah memasuki rumah namun langsung dihallau oleh pemilik rumahnya.  Malam mulai larut, hawa dingin mulai menyengat rombongan mulai beristirhat untuk melanjutkan perjalanan esok menuju air terjun Ngabatata.
 
para tour leaders senior sedang duduk santai bercerita

Ayam Berkokok
Suara ayam mulai berkokok saya mulai mengatifkan handphone yang sengaja saya non aktifkan dari malam agar dapat menghemat batrey. ternyata waktu sudah menunjukan pukul 05.30 saya mulai beranjak dari tidur dan membangunkan teman-teman lain. Entah mungkin masih mabuk ngantuk tiba-tiba dengan tidak sengaja saya menabrak salah satu tiang pintu…. Praaaaakkkkk. Tepat didahi kepala saya. Sang nenek pemilik rumah yang sudah bangun terlebih dahulu dari saya menyaksikan moment penabrakan itu langsung tertawa terbahak-bahak. Mugkin ini adalah sapaan hadiah dipagi hari dari sang leluhur. Hehehe ….. terimakasih nek, dengan menahan kesakitan sambil megusap-usap dahi. 


Perjalanan menuju Jawatiwa
 
ini foto bersama sang pemilik rumah ketika hendak melanjutkan perjalanan ke Ngabatata
Hari sabtu Tepat pukul 07.00 sebelum melanjutkan perjalanan rombongan disuguhkan lagi kopi dan Teh hangat oleh tuan rumah lalu rombongan melakukan pamitan dengan foto bersama. Kemudian pada pukul 08.00 rombongan melanjutkan kembali perjalanan menuju kampung Jawatiwa yang merupakan lokasi pintu masuk air terjun Ngabatata. Dalam perjalana menuju kampung Jawatiwa seketika pandangan kami berubah dengan suguhan pemandangan alam sabana yang membentang luas seolah kami enggan untuk melewati moment-momen kapan lagiiiiii rasanya berada disni. Hehe 
padang safana menuju kampung Jawatiwwa

Di rumah Onest Jawatiwa
 Pukul 10.38 Rasa lelah, letih, terbayar ketika sampai di kampung jawatiwa tepat disalah satu  rumah peserta HPI Ones,  yang sudah menunggu kedatangan kami sejak pagi. Para rombongan disambut dengan gembira oleh saudara Ones entah mugkin ones sangat merindukan gadis-gadis HPI yang waktu itu sempat ingin dijadikan gadis rumahnya. Hohohhohoho
Rombongan beristirahat sejenak lalu dijamu dengan makan siang dengan ikan kuah yang cukup maknyos ditambah sambal cabe rawit yang pedis nan minta ampiiiyyyuuuun cukup merangsang kembali stamina perjalanan. Setelah makan siang rombongan melanjutkan perjalanan menuju Air terjun Ngabatata sekitar 25 menit. Sesampai di jalur pertama menuju lembah, terdapat papan peringatan bertulis ‘’JL. KITA MASIH PANJANG’’ para rombongan masih melewati tantangan  jurang dan tebing yang tinggi  cukup menguji nyali kamu untuk sampai ke lembah air terjun Ngabatata dengan medan yang sangat spektakuler. Dari kejauhan mulai terdengar suara deraian jatuhnya air terjun. Para rombongan tak sabar lagi ingin menikmati langsung keindahan alam air terjun. tepat persis dibawah kaki tebing air terjun terdapat telaga yang menjadi tempat untuk berenang dan juga bebatuan pasir.
titik awal menuju lembah Ngabatata



 
tebing meuju lembah (tak semudah yang dibayangkan )
Ngabatata Waterfall
 Sesampai di lembah air terjun para rombongan mulai bersautan suara hieforia dengan menancapkan camera handphone untuk diabadikan. inilah surga yang tersembunyi Rasanya tak puas jika  peserta rombongan trekking  hanya melakukan trekking dalam satu kali sekedar menikmati pemandangan nya saja. Semoga kesempatan berikutnya peserta HPI dapat melakukan camping ground di Ngabatata Waterfall.


Kembali pulang
Pancaran sinar Matahari pelan-pelan mulai menghilang dari lembah air terjun, sedangkan om Anton harus segera melanjutkan perjalanan esok harinya ke Bali maka tepat pukul 14.52 peserta brombongan trekking kembali ke kampung Jawatiwa. Dalam perjalnan pulang peserta kembali memanjat tebing terjal dan licin. Semua peserta rombongan memanjatkan Puji Syukur tak ada satupun yang terlewatkan diantara kami namun hanya ada kenangan cerita abadi perjalanan Trekking Watu Genga, Kampung Kawa dan Air Terjun Ngabatata. 


stickman


Komentar